Semua orang yang ada di sana berbaur menjadi
satu, dari Chief Editor, Editor, Penulis hingga Pembaca. Mereka berkumpul dalam
sebuah acara tahunan Penerbit Gagas Media Grup.Sekilas seputar Kumpul Penulis dan
Pembaca, yang saya ambil dari web kumpulpenulispembaca.com meurpakan sebuah acara yang mempertemukan penulis-penulis muda populer
dengan pembaca dalam satu forum untuk berbagi banyak hal, mulai dari proses
kreatif di balik pembuatan karya, kelas menulis, hingga menyaksikan performance
penulis di panggung. Berbeda dengan tahun lalu, KPP tahun ini diselenggarakan
dua hari dengan jumlah pembicara yang lebih banyak dan lokasi yang nyaman dan
beragam.
Tema KPP tahun ini
adalah “Kita adalah Cerita”. “Kita adalah Cerita” juga adalah semangat untuk menghargai apa
yang kita miliki. Melihat lebih dekat rumah yang kita tinggali. Kekayaan
budayanya, kearifan lokalnya, manusia-manusianya. Kita adalah Cerita adalah
sebuah keyakinan dari GagasMedia Grup bahwa diri sendiri adalah rumah dari
bergudang cerita.
KPP bertujuan untuk
memberikan ruang bagi penulis-penulis muda populer untuk lebih dekat dengan
pembacanya. Karena bagi kami, karya populer adalah karya yang membangkitkan
minat membaca dalam skala yang besar. Karya penulis populer perlu diapresiasi
dalam sebuah event khusus agar membangkitkan
produktivitas penulis sendiri serta mengajak pembaca lebih dekat dengan penulis
dan karya-karyanya. Para peserta KPP juga disuguhi program-program menarik
sepanjang acara.
Karena saya datang siang, saya mengikuti beberapa Book Talk. Pertama saya mengikuti Book Talk dengan tema Indonesia adalah Cerita yang jadi pembicara Redaktur Pelaksana Gagas Media yaitu Mbak Widyawati Oktavia dengan membawa bukunya berjudul Penjual Kenangan, Herdiana Hakim penulis Kota Lama dan Sepotong Cerita Cinta, dan penulis Ngubek-Ngubek Jakarta, Cai, yang sekaligus merupakan launching bukunya ini. Ngobrol Book Talk ini dibagikan oleh Mbak Wid beberapa poin menulis seputar Indonesia, suatu daerah, kota dan sejarah yang terkait di dalamnya. Termasuk latar yang kuat berkaitan dengan si tokoh juga latar belakang sejarah tempat tinggal tokoh atau suatu tempat.
Book Talk kedua yang saya ikuti adalah Bikin Komik Bareng Main Komik yang memanjakan mata dengan gambar-gambar berwarna Si Juki karya Faza Meonk. Acara juga dimoderatori oleh Editor Bukune Syafial Rustama. Dalam membuat sebuah komik yang asyik menurut Faza diperlukan dua komponen utama, yaitu Gambar dan Karakter.
Saya nggak ngikutin full untuk Book Talk ini. Karena acara selanjutnya ada Bioskop Horor acaranya komunitas yang seneng disebut sebagai Geng Horor Ceria. Saya termasuk di dalamnya.
Bioskop Horor Bersama Penulis Horor.
Penulis Horor Bukune Gagas Media Grup. |
Pada pukul 17.00-18.00 WIB acara dimulai dengan nonton Bareng selanjutnya diskusi film-film Horor bersama Penulis Novel Horor dan selesai pukul 18.30 WIB. Acara dibuka oleh
Editor Devisi Horor Elly Afriani yang seneng disebut Ry Azzura. Dia telah ngedit beberapa novel horor best seller terbitan Bukune. Dalam
pembukaannya, Elly mengatakan nonton film horor bareng ini merupakan ajang perkenalan tema horor Bukune.
“Sekaligus melaunching komunitas horor Penulis dan Pembaca bernama Geng Horor
Ceria,” katanya sambil tertawa ringan.
Film diputar selama
kurang lebih 60 menit. Film-film yang diputar merupakan film-film pendek. Film pertama yang diputar berjudul
Cermin, Love Hurts, Grave Torture,
dan penonton menjadi semakin tegang dengan film penutup, yaitu Dara.
Chintiami penulis My Creepy Diary 1 dan 2, Ade Hermawan Igama creator @kisahhoror dan penulis Seri Takut Bisikan Kotak Musik,
Retty Tania penulis Seri Takut Apartemen Berhantu, dan empat penulis Penunggu
Puncak Ancala, yaitu Ageng Wuri Rezeki, Dea Sihotang, Indra Maulana, dan Sulung
Siti Hanum. Dalam diskusi film sangat interaktif. Dimulai dengan beberapa
pertanyaan dari para penulis. Siapa yang bisa menjawab mendapat kaus eksklusif
dari Bukune.
Tema horor dalam sebuah
novel tak banyak dijumpai. Namun saat ini memiliki pasar tersendiri di kalangan
anak muda yang senang dengan tantangan dan bisa memacu adrenalin mereka. Dalam
menulis sebuah novel horor juga banyak tantangan dan hambatan yang ditemui
penulis. Bagaimana membuat sebuah cerita tidak hanya menakuti-nakuti dengan
penampakan hantu, tetapi mendeskripsikannya dengan baik hingga pembaca merasa
takut dan penasaran dari halaman pertama sampai halaman terakhir.
Dimensi horor pun juga
sangat luas sekali. Tak melulu novel bergenre horor mengisahkan soal hantu,
pocong, kuntilanak, dan tuyul. Menurut salah satu penulis Ade Igama horor
konteksnya sangat luas. Horor bisa mencakup beberapa tema lagi mengenai sesuatu
yang mencekam. “Horor bisa mencakup soal hantu, pembunuhan, pembantaian, dan
tragedy,” ujarnya. Berbeda menurut Tania, “dalam sebuah cerita horor pasti ada
tragedi yang di belakangnnya,” tambahnya. Sampai ketemu di KPP 2015 dengan karya-karya baru dan mimpi-mimpi baru di tahun berikutnya. Semoga bisa terus berkarya dan buku pribadi saya bisa terbit tahun depan. Amin.
buseh... baru terbit...
BalasHapusyoeh
BalasHapus