Jakarta Sebelum Pagi: Kisah Cinta Misteri Super Unik

Jakarta Sebelum Pagi By Ziggy Zezsyazeovinnazabrizkie | Book Review


Jakarta Sebelum Pagi
Penulis: Ziggy Zezsyazeovinnazabrizkie 
Penyunting :Septi Ws
Desain Sampul: Tim Desain Broccoli
Penerbit: Grasindo
ISBN : 978-602-375-843-2
Cetakan kedua, Februari 2017
270 halaman


Bunga Hyacinth biru, mawar merah muda, dan bunga melati terikat di benang yang menahan balon perak melayang di tempatnya. hanya saja, berbeda dari hari-hari sebelumnya, ada gulungan kertas yang turut tersangkut bersama karangan bunga kecil itu. Aku menarik pita yang mengikatnya dan membaca huruf-huruf panjang dan miring seperti babi yang tertiup angin topan dalam tinta hitam. Emina Hal:57-58
Dengan sudut pandang orang pertama. Emina, tokoh utama dalam kisah ini menemukan sebuah teka-teki yang harus ia pecahkan. Dari halaman pertama membaca bahwa ada kisah misteri di dalamnya membuat saya ingin terus membaca halaman berikutnya. Emina terobsesi dengan Animal Farm George Orwell dan senang berkunjung ke panti jompo. Ngobrol dan nongkrong dengan para jompo yang menyukai buku. 

Emina juga senang sekali ngomong alias cerewet dan berkata random. Karakter ini berpikir dan berjalan seperti babi. Dimana-mana selalu ada babi dalam tiap dialog atau deskripsi ceritanya. Mungkin kalau kamu tidak terbiasa dengan bahasa Emina akan risih. Tapi sebenarnya ada maksud tersendiri Emina bersikap dan berkata seperti itu.

"Karena, dalam upacara minum teh, semua orang dianggap sederajat. Itu dilakukan untuk membuat seseorang melakukan kegiatan ini dengan kerendahan hati. Kira-kira seperti itu. Kamu sekarang berdiri di sini, perhatikan hiasannya." Suki Hal: 98.

Melalui teka-teki itu, Emina bertemu dengan seorang anak kecil, bernama Suki. Suki bukan anak SD biasa. Suki adalah anak usia 12 tahun yang sudah berpikir seperti orang dewasa, memikirkan masa depan, ahli dalam upacara minum teh, punya apartemen, toko bunga dan kafe. Suki sedikit misterius karena sikapnya yang tak lazim seperti anak seumurannya. Suki lah yang menjadi kunci utama membawa Emina kepada sang stalker dan pengirim bunga serta gulungan surat cinta. 

"Haphephobia. Nama fobia terhadap sentuhan itu haphephobia. Dan, fobia suara itu namanya... Ligyrophobia. Selama ini, gue pikir gue cuma bakal kenal orang yang punya penyakit dengan nama nggak lebih panjang dari flu. I was wrong." Emina Hal: 172.

Abel, si stalker adalah korban perang Aljazair yang diam-diam menyukai Emina, punya sentuhan fobia dan suara fobia. Hubungan Emina dan Abel bisa dibilang rumit. Emina sangat hati-hati berinteraksi dengan Abel karena fobianya. Membaca kisah ini sebenarnya sulit ditebak. Karena sebelumnya saya menebak bahwa Abel lah si pemilik surat. Ternyata bukan. Justru Emina dan Abel akan memecahkannya bersama-sama. Mereka mencari petunjuk demi petunjuk disetiap surat. Mereka menyusuri bangunan-bangungan tua Kota Jakarta sebelum pagi.

"Kadang-kadang, mereka cuma melihatnya, membawanya dan menciumi baunya saja. Buku membuat mereka merasa pintar dan kaya. Bahkan meskipun mereka tidak membacanya." Pak Meneer Hal: 146.

"Kenapa harus repot-repot mencemaskan apa yang akan terjadi di masa depan, kalau yang paling penting adalah sekarang, saat ini? Emina, saat ini saya saang kamu. Yang paling penting adalah kamu juga menyayangi saya. Selama kamu menyayangi saya, kamu boleh bicara tentang babi atau upi kapan saja kamu mau. Dan selama saya menyayangi kamu, saya akan selalu mendengarkan." Abel Hal: 266

Ketiga karakter kuat tersebut diracik penulis dengan apik dan membuat aliran cerita mengalir menemukan kisahnya masing-masing tanpa paksaan atau dibuat-buat. Sebenarnya ini kisah sederhana, kisah cinta yang dibalut misteri namun dikemas secara unik dan beda oleh penulisnya. Dalam ucapan terima kasih, menurut penulis novel ini bergenre full blown romance.

Novel ini adalah kisah petualangan yang seru menyusuri sejarah kota Jakarta.  Kisah ini sebenarnya mungkin bisa lebih panjang dan berkembang. Mengingat novelnya tidak terlalu tebal. Tapi mungkin penulis punya tujuannya membawa ceritanya dengan padat dan tidak bertele-tele. 

Alisku bertaut. "Masa sih ada orang seinsecure itu?" Emina.
"Oh, orang-orang yang mengalami tragedi besar di masa kecilnya sering kali seperti itu." Pak Meneer. Hal: 177.
Gaya penceritaan penulisan saya acungi empat jempol. Dua jempol tangan dan dua jempol kaki. Sangat unik. Menurut saya dialog-dialognya sungguh nyata dan dekat dengan keseharian penghuni kota Jakarta. Penulis seperti menjelma menjadi Emina. Ketertarikan dan obsesi penulis dengan Emina sama. 


"I'd love to do more things with you. It'd be fun. Kecuali kalau kamu mau belajar lempar lembing atau cosplay jadi Sembara dan memaksaku jadi Mak Lampir supaya bisa membuat ulang Misteri Gunung Merapi. Nggak nonton ya? Dasar culun. Oke, be cute, be cute.... Kita bisa memulai proyek cerita sistem kasta babi bareng. I can write, you can illustrate.. kalau kamu punya waktu anyway...." Emina Hal: 267.

Penulis berhasil menyajikan gaya penceritaan yang cerdas. Walau sering random tapi justru lebih sering meyisipkan guyonan-guyonan di dalamnya dan saya suka. Saya menjadi tahu banyak hal ketika membaca novel ini. Penulis memiliki pengetahuan bacaan yang beragam.

Awal saya tertarik dengan Jakarta Sebelum Pagi memang karena titel penulis sebagai pemenang Sayembara DKJ 2014 dan 2016. Setelah membaca karya Ziggy yang ini, saya menetapkan hati untuk membaca karya yang lainnya. Dan menjadi salah satu penggemarnya. Nggak diragukan lagi memang para juri Sayembara DKJ 2016 memilihnya sebagai pemenang pertama dengan judul novel Semua Ikan Di Langit. Bukunya masih rapi tersegel dan belum saya baca. Nanti saya akan baca dan buat reviewnya di sini. 

Empat babi untuk kisah ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar